Tunis, 8 September 2025 – Di Gedung Buruh Tunisia, ratusan relawan dari berbagai negara duduk melingkar dan menyatukan niat. Mereka bukan hanya aktivis, tetapi menjadi simbol suara hati nurani umat manusia yang menolak diam di hadapan penderitaan Gaza.
Dalam pertemuan pada 4 September 2025, panitia Global Sumud Flotilla menyepakati sejumlah keputusan penting. Pelayaran yang semula dijadwalkan pada 4 September diundur menjadi 7 September. Namun, karena masih terjadi kendala teknis, keberangkatan kembali diundur dan kini dijadwalkan pada Rabu, 10 September 2025, in syaa Allah. Penundaan tersebut tidak menyurutkan semangat para aktivis. Justru, waktu yang ada digunakan untuk semakin memantapkan persiapan fisik, mental, dan strategi agar pelayaran berjalan aman dan penuh keberkahan.
Indonesia menjadi salah satu negara yang paling menonjol dalam Global Sumud Flotilla ini. Lima kapal yang disiapkan diberi nama para pahlawan nasional. Soekarno, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, Pati Unus, dan Malahayati. Nama-nama tersebut bukan hanya sebagai label, namun mewakili simbol semangat nasionalisme, keberanian, dan cinta tanah air yang kini dibawa melintasi lautan untuk Gaza.
Dari 60 delegasi WNI yang berada di Tunis, sebanyak 33 orang dipastikan akan berlayar menuju Gaza. Salah satunya adalah Heru Wibowo, perwakilan dari Relawan Nusantara, yang membawa amanah masyarakat Indonesia. Ia menyampaikan,
“Ini merupakan sejarah yang sangat luar biasa, di mana nanti saya bersama ratusan orang dari 44 negara akan berlayar menembus blokade Israel agar sampai di Gaza. Saya berharap warga Palestina bisa merdeka, bebas dari kepungan Israel, bebas dari kejahatan-kejahatan genosida yang dilakukan oleh Israel.”
Ketika Doa dan Solidaritas Mengiringi Pelayaran

Di Tunisia, dukungan mengalir dari berbagai pihak. Duta Besar RI untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, memberikan surat pengamanan dan fasilitas diplomatik bagi para relawan. Sementara Kementerian Luar Negeri RI memastikan kesiapan penuh dengan memantau pergerakan Global Sumud Flotilla melalui KBRI Tunisia, KBRI Kairo, dan KBRI Roma.
Tekanan, resiko, dan ketidakpastian tentu selalu membayangi setiap misi kemanusiaan ke Gaza. Namun, keberangkatan ini bukan sekadar perjalanan fisik. Ia adalah konvoi nurani, yang mengingatkan dunia bahwa Palestina tidak sendirian. Bahwa di tengah blokade yang mencekik, masih ada sahabat yang rela menempuh bahaya demi sebuah harapan. Harapan tentang Gaza yang bebas dan Palestina yang merdeka.
Relawan Nusantara percaya, keberhasilan misi ini tidak hanya ditentukan oleh mereka yang berlayar, tetapi juga oleh doa, dukungan, dan suara solidaritas rakyat Indonesia. Setiap lantunan doa, setiap seruan kebaikan, adalah energi yang akan mengiringi flotilla menembus batas-batas ketidakadilan.
Hari ini, langit Tunis menjadi saksi tekad ribuan hati dari 44 negara. Dan ketika layar kapal mulai terkembang pada 10 September nanti, bukan hanya relawan yang berangkat melainkan juga semangat seluruh umat manusia yang merindukan kemerdekaan Palestina.
Klik di sini untuk ikut melayarkan dukungan. Inilah saatnya untuk meluaskan manfaat dan solidaritas. Karena sekecil apa pun kepedulian dari kita, adalah kekuatan yang mendorong kapal ini bisa sampai ke Gaza.