Di tengah gemilang sejarah para sahabat Rasulullah ﷺ, ada nama yang tak pudar meski hidup dalam kegelapan pandangan. Ialah Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu, seorang tunanetra yang Allah abadikan kisahnya dalam Surah ‘Abasa, menjadi saksi bahwa ilmu dan iman tak mengenal batas fisik.

Dalam ketulusan hatinya mencari ilmu, Abdullah datang kepada Rasulullah ﷺ untuk belajar Al-Qur’an. Namun saat itu, Nabi sedang berbicara dengan para pembesar Quraisy. Lalu Allah menurunkan teguran lembut dalam Surah ‘Abasa, seolah sebagai penegasan bahwa setiap manusia berhak atas ilmu, tanpa terkecuali. Dari hal tersebut, kisah Abdullah bin Ummi Maktum sungguh bisa menjadi simbol kehormatan bagi mereka yang berjuang belajar dalam keterbatasan.

Ilmu yang Tak Terbatas Pandangan

Abdullah bin Ummi Maktum bukan hanya pencari ilmu, ia juga pengemban amanah. Selain menjadi muadzin Rasulullah ﷺ, ia dipercaya memimpin Madinah sebanyak tiga belas kali ketika Rasulullah ﷺ berangkat berjihad. Kepercayaan sebesar itu menunjukkan bahwa dalam pandangan Islam, pendidikan bukan hanya sebuah hak, tapi juga jembatan untuk memampukan.

Rasulullah ﷺ tidak menempatkan Abdullah pada posisi pasif, melainkan memberi ruang baginya untuk berperan. Dari sinilah kita belajar bahwa inklusi bukan berarti belas kasihan, melainkan pemberdayaan yang lahir dari kepercayaan.

Dari Cahaya Iman Menuju Cahaya Ilmu

Hingga akhir hayatnya, Abdullah bin Ummi Maktum tetap teguh memegang panji Islam di Perang Qadisiyah, hingga gugur syahid. Ia mungkin tak melihat cahaya dunia, tapi ia hidup dalam cahaya ilmu dan iman yang menerangi jalan banyak orang setelahnya.

Kisah ini bukan hanya sejarah, ia adalah pesan abadi tentang betapa pentingnya memberi akses dan ruang belajar bagi setiap jiwa yang mau berjuang, tak peduli keterbatasannya. Karena pendidikan sejati adalah cahaya yang tak bisa dipadamkan, sekalipun mata tak mampu menatap.

Teladan Rasulullah ﷺ untuk Dunia Pendidikan Inklusif

Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada kita bahwa setiap keterbatasan bisa menjadi kekuatan jika diberi kesempatan Sayangnya, di zaman ini, banyak saudara penyandang disabilitas yang masih terhalang untuk belajar. Bukan hanya karena tak mampu, tapi juga karena belum mendapatkan fasilitas.
Mereka membutuhkan akses pendidikan yang ramah disabilitas, buku Braille, alat bantu baca dan dengar, serta guru yang memahami kebutuhan mereka dengan empati dan ilmu.

Jika dahulu Rasulullah ﷺ membuka ruang bagi Abdullah bin Ummi Maktum untuk menjadi pemimpin, kini tanggung jawab itu berpindah kepada kita, untuk bisa membuka ruang bagi saudara-saudara disabilitas agar bisa belajar, tumbuh, dan berdiri di atas kakinya sendiri.

Mari Wujudkan Cahaya Ilmu untuk Semua

Abdullah bin Ummi Maktum telah membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan menuju cahaya. Kini giliran kita untuk menyalakan kembali cahaya itu, melalui dukungan terhadap pendidikan inklusif dan fasilitas belajar yang merata bagi penyandang disabilitas.

Karena sesungguhnya, ilmu adalah hak semua manusia. Dan setiap cahaya yang kita hidupkan, akan menjadi penerang bagi dunia dan akhirat.

Klik di sini untuk ikut menghadirkan fasilitas pendidikan untuk saudara-saudara disabilitas. Bantuan yang kita berikan bukan sekadar donasi, tetapi investasi kebaikan.  Satu langkah kecil hari ini bisa menjadi pelita bagi banyak mata, setiap rupiah yang disalurkan akan membuka pintu ilmu bagi mereka yang ingin belajar.