Bandung, 29 November 2025 – Di tengah hiruk pikuk kota, ada momen lembut yang menghangatkan hati. Relawan Nusantara bersama Fakultas Syariah dan Hukum menggelar Program WARNA DIFABEL (Wadah Aktivitas Ramah Difabel), sebuah ruang aman yang di dedikasikan untuk anak-anak disabilitas. Bukan sekedar kegiatan, melainkan perayaan atas keberagaman, penerimaan, dan keberanian anak-anak istimewa untuk tampil menjadi diri mereka sendiri.

Puluhan anak dengan kondisi beragam, mulai dari Down Syndrome, Cerebral Palsy, Mental Retardation, Tuli, hingga ADHD, hadir dengan caranya masing-masing. Ada yang masih ragu, ada pula yang tersenyum malu-malu. Namun, perlahan, tembok pembatas runtuh. Mereka bermain, menggambar, berekspresi, bahkan saling memeluk setelah selesai berkegiatan. Lingkungan yang penuh dukungan itu mengubah ketakutan menjadi keberanian, kecanggungan menjadi keceriaan, dan kesendirian menjadi persahabatan kecil yang hangat.

Ruang Aman yang Menghidupkan Harapan Anak-Anak Istimewa

Program WARNA DIFABEL dirancang bukan hanya untuk menghibur, melainkan memperkuat interaksi sosial, menumbuhkan kepercayaan diri, dan membuka pintu ekspresi bagi anak-anak disabilitas. Kegiatan ini menjadi jembatan bagi civitas akademika, komunitas, dan relawan untuk mempraktikkan inklusi secara nyata, bukan hanya dalam wacana, tetapi dalam tindakan yang menyentuh kehidupan nyata.

Perwakilan Fakultas Syariah dan Hukum menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bentuk komitmen lembaga pendidikan untuk merawat nilai kesetaraan. Sementara itu, Relawan Nusantara menegaskan bahwa program semacam ini harus terus berlanjut agar lebih banyak anak yang mungkin selama ini merasa terpinggirkan, dapat menemukan ruang untuk tumbuh dan merasa dihargai.

Peringatan Hari Disabilitas Internasional kali ini menjadi pengingat kuat bahwa setiap anak, dengan segala keunikannya, adalah amanah yang harus dijaga. Bahwa inklusi berarti memastikan setiap anak merasa diterima saat masuk ke dalamnya. Dan hari itu, di aula sederhana tempat WARNA DIFABEL berlangsung, inklusi benar-benar menjadi aksi, hidup, hangat, dan meninggalkan bekas.

Pada akhirnya, setiap senyum yang terbit, setiap tangan kecil yang menggenggam relawan dengan percaya, dan setiap mata yang kembali berbinar adalah alasan mengapa kepedulian tidak boleh berhenti di sini. Masih banyak anak yang menunggu ruang aman berikutnya. Masih banyak hati yang berharap untuk didampingi.