Negeri Dua Nil, Tempat Tujuan Para Penuntut Ilmu
Di sudut benua Afrika yang jarang tersorot kamera dunia, mengalir dua sungai yang sejak ribuan tahun lalu menjadi saksi lahirnya kebudayaan besar. Sungai Nil Biru dan Sungai Nil Putih. Dari pertemuan keduanya, berdirilah sebuah negeri bernama Sudan, sebuah tanah yang unik, karena ia bukan hanya milik Afrika atau Arab, tetapi keduanya sekaligus.
Sejak dulu, Sudan telah menjadi rumah bagi para pencari ilmu dari seluruh dunia. Negeri yang 97% penduduknya Muslim itu dikenal dengan wajah yang aman, hangat, dan penuh senyum. Mahasiswa dari Indonesia, Malaysia, Turki, Somalia, Yaman, hingga Eropa berbondong-bondong datang ke Sudan dengan membawa satu tujuan, yakni untuk belajar dan mencari keberkahan.
Bagi Indonesia sendiri, Sudan bukanlah negeri asing. Menurut data resmi KBRI Khartoum pada bulan April 2023, tercatat 1.209 WNI tinggal di Sudan, dan sebagian besar dari mereka adalah pelajar dan mahasiswa. Anak-anak bangsa itu datang membawa harapan besar, menghafal Al-Qur’an, menuntut ilmu agama, memperdalam bahasa Arab fusha, dan menggenggam mimpi yang ingin dibawa pulang ke tanah air.
Negeri yang Menjaga Bahasa Al-Qur’an
Sudan adalah salah satu dari sedikit negeri yang mempertahankan bahasa Arab fusha alias bahasa Arab yang digunakan dalam Al-Qur’an, dalam percakapan sehari-hari.
Di kelas, di pasar, di kampus, bahkan di desa-desa terpencil, masyarakat Sudan tetap menggunakan bahasa Arab fusha ketika berbicara. Bagi ribuan mahasiswa internasional, ini merupakan salah satu karunia. Karena di negeri lain, bahasa Arab fusha biasanya hanya ditemukan di buku dan seminar-seminar. Sedangkan di Sudan, bahasa Arab fusha justru hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Namun sejak April 2023, negeri ilmu itu berubah. Para mahasiswa internasional dipulangkan. Universitas-universitas mulai terlihat kosong, masjid-masjid beralih menjadi tempat pengungsian, kota-kota ilmu berubah menjadi puing-puing. Ratusan ribu keluarga mengungsi, jutaan orang kekurangan makanan dan air bersih. Sudan kini sedang berjuang untuk bertahan hidup. Ratusan ribu keluarga menjadi pengungsi internal. Jutaan orang kekurangan makanan dan air bersih. Anak-anak kehilangan sekolah. Orang tua kehilangan pekerjaan.
Negeri yang Kini Menanti Uluran Saudara
Sudan bukan negeri asing bagi kita. Ia adalah negeri saudara. Tempat banyak anak bangsa kita menimba ilmu, membawa pulang sanad, membawa pulang pemahaman Al-Qur’an dan sunnah.
Di Sudan, nama “Indonesia” begitu disukai. Warga Sudan terkenal menghormati para pelajar dari negeri kita. Kita disapa dengan senyuman. Kita dibantu tanpa pamrih. Namun hari ini, tanah yang ramah itu seolah sedang memanggil kita. Mereka tidak menginginkan banyak, hanya sekedar kesempatan untuk hidup layak.
Ini bukan hanya tentang Sudan. Ini tentang kemanusiaan. Tentang menghormati negeri yang pernah menjaga bahasa Al-Qur’an untuk dunia. Tentang membantu keluarga kita sendiri di belahan bumi yang lain. Kita mungkin tidak pernah menginjakkan kaki di Sudan. Tapi Sudan pernah menjadi bagian dari perjalanan ilmu umat ini. Dan hari ini, sebagian dari cahaya itu sedang meredup
Saat dunia menutup mata, kita bisa untuk membuka hati. Saat banyak yang memilih diam, kita bisa memilih untuk peduli. Karena sekecil apa pun kebaikan yang kita bagi, itu adalah tanda bahwa masih ada harapan untuk negeri dua sungai itu.
Klik disini untuk ikut membantu dan menjaga Sudan, negeri yang pernah menghidupkan ilmu. Karena mungkin, melalui tangan-tangan kita lah Sudan perlahan bangkit kembali menjadi negeri ilmu yang penuh cahaya.