Garut, 10 Oktober 2025 – Di tengah hijaunya perbukitan Tarogong Kidul, semangat kesetaraan tumbuh dengan lembut di Desa Kersamenak. Selama tiga hari, 8-10 Oktober 2025, Indonesia Financial Group (IFG) bersama Relawan Nusantara menghadirkan kembali program sosial berkelanjutan bertajuk “Kindness to Progress Volume 5 – Inclusivity Batch” dengan tema “Hidupkan Asta Cita: Satukan Daya Kesetaraan.”

Bukan hanya menjadi kegiatan sosial, program ini juga menjadi ruang belajar bersama tentang bagaimana kebaikan bisa menjelma menjadi gerak nyata untuk membangun masyarakat yang inklusif dan berdaya.

Langkah yang Menguatkan

Program ini merupakan bagian dari implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) IFG, yang kali ini berfokus pada tiga bidang utama: kesehatan masyarakat, pendidikan inklusif, dan pemberdayaan kader posyandu.

Melalui kolaborasi antara IFG, Jamkrindo, Askrindo, dan Relawan Nusantara, semangat gotong royong kembali dihidupkan melalui kesederhanaan dan ketulusan.

Sebanyak 10 karyawan IFG berpartisipasi sebagai Kindness Rangers dan berbaur dengan lebih dari 200 penerima manfaat yang merupakan anak-anak disabilitas, guru SLB, kader posyandu, dan warga Desa Kersamenak.

Selama tiga hari, desa tersebut menjadi ruang inklusi mini yang penuh tawa, diskusi, dan kehangatan.

Ketika Kesetaraan Bukan Sekadar Kata

Kegiatan yang dijalankan pun tidak berhenti di teori. Ada Workshop Awareness Disability untuk meningkatkan pemahaman tentang kesetaraan, permainan edukatif bagi anak-anak disabilitas, penyuluhan PHBS dan literasi keuangan bagi kader posyandu, serta edukasi anti-bullying bagi siswa SDN 1 Kersamenak.

Semua kegiatan ini dirancang dengan pendekatan fun learning, agar nilai-nilai besar seperti empati dan keberagaman bisa tumbuh alami dalam hati setiap peserta.

“Program Kindness to Progress adalah refleksi semangat gotong royong IFG dalam menumbuhkan empati sosial, kesetaraan, dan kemandirian masyarakat melalui pendekatan kolaboratif, Kami ingin memastikan bahwa program TJSL tidak hanya berdampak sesaat, tetapi juga membangun fondasi keberlanjutan.”
Ujar Adrian Wishnu Paranngi, Kepala Departemen TJSL IFG.

Lebih dari sekadar aksi sosial, Kindness to Progress menjadi ruang dialog kemanusiaan, tempat semua pihak bisa saling belajar. Mulai dari anak-anak disabilitas tentang keteguhan, dari para kader posyandu tentang kepedulian, dan dari relawan tentang makna berbagi tanpa pamrih.

Menguatkan yang Ada, Menyemai yang Baru

Dalam semangat keberlanjutan, IFG bersama Jamkrindo dan Askrindo juga memberikan bantuan strategis yang berdampak langsung pada masyarakat desa. Di antaranya:

  • Program PMT Pencegahan Stunting bagi 32 balita dan 14 posyandu.
  • Pelatihan literasi digital serta bantuan 8 unit laptop dan printer untuk memperkuat kapasitas kader posyandu
  • Revitalisasi sarana Unit Layanan Disabilitas (ULD) agar anak-anak disabilitas di Kersamenak memiliki ruang belajar yang lebih layak dan ramah.

Bantuan ini tidak berhenti sebagai simbol, tetapi dirancang untuk menjadi fondasi perubahan yang berkelanjutan, mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin 3 (Kesehatan yang Baik), poin 4 (Pendidikan Berkualitas), dan poin 10 (Berkurangnya Kesenjangan).

Asta Cita: Delapan Cahaya Kebaikan

Tema “Hidupkan Asta Cita: Satukan Daya Kesetaraan” bukan hanya sebuah slogan. “Asta Cita” merupakan representasi dari delapan cita luhur IFG dalam menebarkan kebaikan. Yakni empati, kesetaraan, keberanian, kolaborasi, tanggung jawab, kepedulian, semangat, dan keberlanjutan.

“Melalui Kindness to Progress, kami ingin menghadirkan ruang inklusif di mana semua pihak, termasuk teman-teman disabilitas, bisa berperan aktif dan menjadi bagian dari perubahan sosial yang nyata.”
Ujar Kannya Fitrie, Kepala Departemen Budaya Perusahaan IFG.

Nilai-nilai ini menjadi benih yang menumbuhkan harmoni di Desa Kersamenak. Menyatukan langkah antara lembaga, relawan, dan masyarakat dalam satu cita, yakni membangun dunia yang lebih adil bagi semua.

Ketika Kebaikan Menjadi Gerak

Acara penutupan program dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Camat Tarogong Kidul Ahmad Mawardi, Kepala Desa Kersamenak Rival Saeful Syamsiar, hingga perwakilan dari Jamkrindo dan Askrindo. Namun, yang paling berkesan bukanlah formalitas acara, melainkan suasana yang tercipta. Tangan-tangan kecil anak-anak disabilitas menggenggam erat tangan relawan, simbol bahwa kesetaraan sejati berawal dari penerimaan.

“Kindness to Progress” kini bukan hanya nama program. Ia adalah gerakan, sebuah perjalanan batin yang mengingatkan kita bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, bisa menjadi cahaya bagi yang lain.

Di akhir kegiatan, Desa Kersamenak seolah memantulkan semangat baru, tentang bagaimana inklusi sosial bukan lagi konsep ideal, tetapi praktik hidup yang bisa dirajut dari kasih dan kolaborasi. Karena pada akhirnya, kesetaraan bukan berarti semua sama, melainkan semua bisa saling menghargai dan dihargai dalam setiap perbedaan.